Ada yang bilang, dalam sebuah keluarga yang terdiri dari beberapa orang anak biasanya tidak semuanya sama, pasti ada satu anak yang beda. Satu yang beda ini biasanya pula dikonotasikan sebagai anak yang nakal, susah diatur, dan selalu memberontak terhadap orang tua. Tapi seiring berjalannya waktu, tingkat pendidikan dan perkembangan jiwa si anak, mereka pun akan berubah dengan sendirinya untuk menjadi lebih baik jika sudah dewasa atau telah menikah. Tapi bagaimana jika si anak tidak mau berubah dan terus-menerus membuat masalah alias tidak tahu diri bahkan tidak punya malu lagi sampai akhirnya adik atau kakak dan orangtua ikut menderita akibat ulahnya? Itulah yang dinamakan duri dalam keluarga.
Kita semua tidak menginginkan terlahir untuk menjadi 'duri'. Karena air mata yang keluar pasti tidak akan pernah cukup bagi orang tua atau keluarga yang pernah mengalaminya. Jika kita sebagai anak sadar bahwa selama ini kita selalu membuat orang tua dan keluarga kita bersedih bahkan menderita berkepanjangan akibat perbuatan kita yang tidak baik, maukah kita berubah? atau kita lebih suka memilih di cap sebagai duri dalam keluarga suatu saat nanti?
Kadang manusia suka melihat sisi luarnya saja. Dihadapan keluarga mungkin kita mengaku telah bertobat, rajin berdoa dan berpuasa, tapi Tuhan tidak bisa dikelabuhi. Dia tahu segala hal yang baik dan yang buruk yang ada dalam hati kita. Karena Tuhan akan selalu menunjukkan keadilannya bagi siapapun yang menginginkan perubahan dengan sungguh-sungguh.
Kadang manusia suka melihat sisi luarnya saja. Dihadapan keluarga mungkin kita mengaku telah bertobat, rajin berdoa dan berpuasa, tapi Tuhan tidak bisa dikelabuhi. Dia tahu segala hal yang baik dan yang buruk yang ada dalam hati kita. Karena Tuhan akan selalu menunjukkan keadilannya bagi siapapun yang menginginkan perubahan dengan sungguh-sungguh.