21 Juni 2018

YESUS DENGAR DOAKU

Yesus... Tuhan... dengar doaku
Orang lain Kau hampiri, jangan jalan t'rus


   Kalimat diatas adalah bait dari reffrein sebuah lagu yang diambil dari Kidung Jemaat No.26 dengan judul: "Mampirlah, dengar doaku." Lagu ini menjadi begitu berkesan bagiku akhir-akhir ini, apalagi ketika mengenang peristiwa kepergian mama, ibuku yang telah berpulang ke rumah Bapa di sorga. Lagu tersebut merupakan salah satu lagu kesukaan mama. Aku sering mendengar mama menyanyikan lagu itu dengan penuh semangat dan bersukacita karenanya. Saya pun demikian lebih sering mendengar lagu tersebut dinyanyikan oleh mama di dalam kamarnya bila sedang menikmati waktu senggangnya. Mama suka sekali bernyanyi seorang diri melalui liturgi yang didapat dari gereja setiap minggunya, tentu saja hanya beberapa lagu saja yang sudah cukup familiar ditelinganya yang sanggup ia nyanyikan. Jadi menurutku lagu itu adalah lagu favoritnya.
   Jika menyimak lirik dari lagu tersebut, memang sepertinya pas buat mama yang telah memasuki masa usia lanjut 72 tahun, apalagi ditengah dunianya yang semakin sempit yang biasa dirasakan oleh kaum lansia karena mulai berkurangnya waktu kebersamaan dengan keluarga atau anak-anak yang telah tumbuh dewasa dan berkeluarga sehingga sebagian dari mereka sudah berpindah atau tidak tinggal serumah lagi dengannya.
   Satu hal yang mama senang dan selalu dirindukannya adalah pergi ke gereja. Hal ini dapat dimaklumi karena mama ke gereja hanya satu atau dua kali dalam sebulan. Karena letak rumah kami yang jauh hingga perjalanan menjadi cukup melelahkan bagi mama ditambah lagi dengan kondisi tubuh mama yang sudah semakin renta karena penyakit osteophorosis dan syaraf kejepit yang kurang bersahabat. Tapi hal tersebut tidak sedikitpun mengurungkan niat mama untuk selalu datang beribadah kepada Tuhan.
   Mama juga suka sekali jika bertemu dengan teman-teman seperjuangan seusianya di gereja Poci. Acara obrolan mereka tentunya menjadi momen yang sangat berkesan bagi mama ketika mereka berkumpul. Itu juga yang mungkin menyebabkan mama tidak mau jika di ajak untuk pergi ke gereja lain yang letaknya tidak jauh dari rumah kami karena mungkin mama akan mengalami kesulitan untuk memulai kembali bersosialisasi dengan jemaat baru yang belum banyak dikenalnya terutama orang-orang seusia mama yang mungkin juga sebagian telah merasakan kesukaran dalam hal berkomunikasi. Kegembiraan mama dengan membagi-bagikan foto kepada teman-temannya setiap kali datang ke gereja juga merupakan kenangan yang tidak bisa kami lupakan. Kejadian itu seperti pengingat akan kepergiannya. Perlu diketahui bahwa mama berserta keluarga mulai beribadah di GKI Kwitang Pos Cililitan sejak tahun 1983.
   Itulah sedikit mengenang tentang mama, ibuku tercinta yang telah berjuang sampai garis akhir melawan penyakit kanker stadium lanjut yang cukup mengejutkan kami sekeluarga walaupun secara medis jenis penyakit mama tersebut termasuk langka dan sulit untuk disembuhkan. Di tengah kondisinya yang lemah, seperti kebiasaannya menjelang tidur, mama masih melipatkan tangan untuk selalu berdoa bagi keluarga dan tentu juga doa untuk kesembuhan dirinya dari penyakit yang dideritanya. Aku juga demikian, dalam kesedihanku terus berdoa kepada Tuhan demi kesembuhan mama. Sebelum sakitpun mama juga rajin berdoa makan atau secara khusus semisal berdoa di dalam kamar terlebih dahulu jika akan berangkat meninggalkan rumah untuk bepergian jauh.
   Sebelum kepergiannya meninggalkan keluarga, sahabat dan dunia ini, melalui doa mama telah berserah kepada Tuhan bahwa ia mengatakan sudah siap jika melalui penyakitnya itu, mungkin saja saatnya Tuhan memanggil. Dan... ketika waktu itu tiba, ternyata Tuhan lebih sayang kepada mama. Tuhan mengangkat semua penyakit mama hingga akhirnya ibu yang sangat kucintai itu pergi bersama Yesus dengan tenang tanpa merasakan sakit seperti yang diinginkannya.

   Tentu kami sekeluarga sangat kehilangan, apalagi aku yang tinggal serumah dengan mama yang selama ini berusaha sebisa mungkin menemani mama di rumah agar beliau tidak sendirian dan merasakan kesepian. Karenanya kepergian mama bagiku seperti mimpi. Vonis enam bulan dari dokter untuk mama, ternyata cuma dua setengah bulan kesanggupan mama untuk bertahan dari penyakitnya itu. Jika melihat kondisinya yang terus menurun dari hari ke hari serta harus bergantung penuh dengan alat bantu pernafasan dan obat-obatan yang menopang kekuatan tubuhnya, aku dan keluargaku saat itu juga berserah kepada Tuhan apapun yang Tuhan izinkan untuk hidup mama. Cepat atau lambat, siap atau tidak siap kami semua harus rela menerima hal terburuk apapun dengan iklas. Mama dipanggil Tuhan pada hari Rabu, 14 Mei 2018, jam 9:30 Pagi.
   Mama yang selama ini juga telah merangkap tugas sebagai ayah, bagi kami adalah sosok wanita dan ibu yang hebat. Ini terbukti dari perjuangan mama dalam menghidupi keluarga sejak sepeninggalan ayah. Mama yang murah senyum juga berhasil menghantarkan aku, adik dan kakak-kakakku ke jenjang pendidikan tingginya masing-masing. Banyak hal positif yang telah diwariskannya kepada kami. Kebersamaan yang indah dengan keluarga serta jiwa sosial atau kepedulian mama kepada orang lain merupakan kenangan tak terlupakan sekaligus nasihat yang berharga bagiku agar kita bisa saling mengasihi satu sama lain. Berkat doa-doa mama setiap malam pulalah yang menjadikan kami sekeluarga dapat menjalani kehidupan yang diberkati oleh Tuhan seperti pengharapan seorang ibu yang telah melahirkan anak-anaknya. "SELAMAT JALAN MAMA."

Yohanes 14 : 2
"Di rumah Bapa-ku banyak tempat tinggal. Jika tidak demikian, tentu Aku mengatakannya kepadaMu. Sebab aku pergi ke situ untuk menyediakan tempat bagimu."

"Salam rinduku untuk mama, di tempat kudusMu Tuhan"...... Amin