17 Mei 2013

TIDAK KHAWATIR ATAU MASA BODOH ?

   Kita pasti mengenal sebuah ayat Alkitab yang memiliki makna tentang pemeliharaan Tuhan dalam hidup manusia yang berbunyi demikian: "Pandanglah burung-burung di langit, yang tidak menabur dan tidak menuai dan tidak mengumpulkan bekal dalam lumbung, namun diberi makan oleh Bapamu yang di sorga." "Bukankah kamu jauh melebihi burung-burung itu?"
   Mungkin ada saja orang yang memiliki pemahaman yang keliru mengenai ayat tersebut, hingga hidup yang sedang mereka jalani sekarang sengaja dipertaruhkan pada berbagai macam resiko yang sebenarnya tidak perlu. Pemahaman yang mereka tangkap malah terkesan tidak memikirkan atau tidak peduli pada kehidupan kedepannya, baik untuk dirinya sendiri maupun untuk keluarga yang dihidupi atau menghidupinya. Salah satu contohnya adalah prilaku hidup over konsumtif alias boros dan suka berfoya-foya. Mereka asyik menghabiskan setiap berkat yang Tuhan sudah berikan dengan harapan nanti Tuhan pasti memberinya lagi. Prinsip hidup inilah yang sebenarnya menjebak diri mereka sendiri ke dalam kehancuran secara perlahan. Memang tiada yang mustahil bagi Tuhan, tapi tidaklah demikian yang dimaksud.
   Misalnya ketika mereka jatuh dalam kesulitan ekonomi, toh tidak sedikit yang lebih memilih untuk berhutang sana-sini sebagai metode tercepat dalam memperoleh uang, ketimbang berusaha dan berharap pada pertolongan Tuhan yang mereka percaya. Pada situasi tertentu kadang cara tersebut bisa menyelesaikan masalah, tapi pada kondisi lain berpotensi 'menjerat' yang bersangkutan.
   Ayat diatas bukanlah sembarang ayat yang Tuhan firmankan. Kalau kita sebagai manusia melebihi burung-burung itu, artinya kita telah diberikan hikmat dan karunia oleh Tuhan untuk pandai menyiasati segala kekhawatiran dalam hidup kita. Misalnya dengan menanamkan kebiasaan hidup hemat dan sebisa mungkin menabung. Jadi sebagai umat percaya, sudah semestinya kita mengetahui mana yang baik dan mana yang tidak berkenan bagi Tuhan. Dan itu artinya sangat berpengaruh bagi kebaikan hidup kita di masa mendatang. Bukannnya hidup masa bodoh, sampai akhirnya memaksa Tuhan memenuhi keinginan kita untuk memberikan rezeki ketika kehancuran itu tiba.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar