2 Februari 2013

PANJANG SABAR

Alkisah ada seorang filsuf yang mempunyai istri sangat emosional dan pemarah. Hampir setiap hari terjadi percekcokan diantara mereka, sampai-sampai piring di dapur ikut berterbangan menghiasi kehidupan rumahtangga mereka. Suatu ketika mereka terlibat pertengkaran hebat yang tidak bisa dihindarkan. Si suami sebagai seorang filsuf tentu memiliki kepribadian yang tenang dan cenderung pendiam. Sebaliknya, si Istri malah tidak bisa mengendalikan dirinya hingga terus melontarkan amarahnya sambil berteriak dengan suara keras sampai terdengar ke rumah para tetangga. Menghadapi istrinya yang sedang kalap itu, si suami hanya bisa bersikap sabar dan dengan lembut berkata: "Apakah kurang keras?" "Suaramu itu terdengar seperti kilat yang menyambar dan petir yang menggelegar." Mendengar perkataan suaminya itu, si istri bukannya memperlihatkan sikap melunak malah semakin emosi karena tersinggung oleh perkataan sang suami. Saking kesalnya ia kemudian mengambil air se-ember, dan langsung menyiramkannya ke muka sang filsuf hingga membuatnya basah kuyup. Seraya kedinginan, Si suami terdiam sejenak, tetapi dengan jiwa besar ia cukup berkata pelan kepada istrinya: "Sayangku, biasanya setelah kilat menyambar dan petir menggelegar, pasti turun hujan, bukan?" Dengan perasaan sedikit malu, si istri akhirnya berlalu dari hadapan suaminya itu. 

Pesan Alkitab:

Mazmur 103:8
"Tuhan adalah penyayang dan pengasih, panjang sabar dan berlimpah kasih setia"

Amsal 16:32
"Orang yang sabar melebihi seorang pahlawan, orang yang menguasai dirinya melebihi orang yang merebut kota"


Sumber : Selingan khotbah

Tidak ada komentar:

Posting Komentar