12 Februari 2013

PEMAHKAMAN SEORANG BAYI

     Suatu hari F.W Boreham, seorang hamba Tuhan gereja setempat sedang bersiap-siap untuk pergi piknik bersama istrinya ke sebuah taman di tepi sungai tidak jauh dari rumahnya. Sebelum Ia bergegas keluar rumah untuk berangkat, ia melihat dari dalam jendela rumahnya seorang wanita tengah mondar-mandir diluar depan rumahnya seperti sedang dalam kesusahan dan tampak ragu-ragu untuk melangkah menuju pintu rumah mereka. Setelah memperhatikannya dengan seksama beberapa menit, akhirnya Boreham keluar dan bertanya kepada wanita itu apa yang ia bisa bantu. 
     Wanita itu bertanya: "Apakah anda seorang pendeta di gereja dekat-dekat sini? Boreham mengiyakan dan segera mempersilahkan wanita itu masuk dan duduk di tempat yang nyaman agar dapat menenangkan diri untuk bisa menceritakan maksud kedatangannya. Mereka kemudian terlibat dalam satu percakapan tentang sebuah kisah menyedihkan. Rupanya wanita itu telah kehilangan nyawa bayi yang baru saja dilahirkannya. Ia mengaku bahwa ia jarang ke gereja dan berharap ada seseorang yang dapat membantunya untuk menguburkan si bayi. "Suatu kehormatan bagi saya untuk melakukannya," kata Boreham. Ia lalu menanyakan penjelasan tentang keluarga serta keterangan dari wanita itu untuk dijadikan bahan laporan pencatatan ke lembaga yang berwenang. Penguburan pun segera diputuskan dilakukan besok sore. Kemudian wanita itu mohon pamit. Boreham mengatakan kepada istrinya bahwa wanita itu tampak gundah dan cemas saat menceritakan kejadian yang menimpa dirinya, sehingga membuat ia penasaran apakah ada bagian dari ceritanya yang belum ia ketahui, tapi ia mengabaikan pikiran itu.
     Ketika ia kembali dari piknik bersama istrinya karena hari sudah mulai senja, wanita itu akhirnya datang kembali ke rumah mereka. "Saya belum mengatakan semua yang sesungguhnya kepada anda," ia mengakui." Akhirnya Boreham mengetahui bahwa sebenarnya wanita itu belum menikah dan bayinya pun lahir dalam keadaan cacat. Wanita muda itu pun menangis sambil melanjutkan ceritanya lagi. "Tidak apa-apa, tenanglah..." semua pengakuanmu itu tidak akan mempengaruhi acara pemahkaman bayi anda besok." jawab Boreham. 
     Besok sorenya hanya ada tiga orang saja yang menghadiri acara kebaktian pemakaman, yaitu Boreham, istrinya dan wanita itu. Ketika penguburan berlangsung, tiba-tiba hujan turun dengan lebatnya hingga membuat mereka semakin hanyut dalam kesedihan. Tempat pemahkamannya pun masih baru, jadi bayi cacat wanita itu menjadi penghuni pertama yang dikuburkan di tanah kosong itu sendirian, ...sungguh memilukan. Mereka bertiga memegang payung sambil larut dalam suasana duka yang mendalam. Pendeta itu mengatakan bahwa ia jarang merasakan kesepian semacam itu sepanjang tahun-tahun pelayanannya. Ia pun membayangkan kepedihan dan ketakutan yang akan membayangi kehidupan wanita muda itu selanjutnya.
     Tapi seiring berjalannya waktu, wanita itu akhirnya menjadi salah satu anggota jemaat dimana Boreham melayani. Bahkan ia menjadi jemaat gerejanya yang paling setia. Wanita itu selalu datang menghadiri kebaktian, minggu demi minggu. 
     Mungkin orang bertanya: "Mengapa wanita itu pada akhirnya menjadi begitu setia datang ke gereja?" Tentunya karena disanalah bayinya dapat diterima dan dihargai sebagai manusia. Dalam arti tersendiri, gereja juga menjadi rumah barunya. Melalui kematian bayi yang ia cintai, gerejanya menjadi tempat di mana ada tangan-tangan yang menyambutnya dan merangkulnya dengan kasih. Gereja juga menjadi tempat di mana ia merasa dicintai dan diampuni, bukan sebaliknya. Baginya, gereja itu menjadi pintu gerbang bayinya menuju kehidupan di surga.


Sumber: "A Baby's Funeral", Karya F.W Boreman
Dari Buku: "The Grand Weaver", Karya Ravi Zacharias


Catatan:
Cerita yang sepintas seperti kebanyakan kita saksikan dalam sebuah drama atau film, tapi begitulah sesungguhnya tragedi yang pernah dialami oleh seorang anak manusia.

"Gereja adalah komunitas yang menyembuhkan, jika ada kekecewaan-kekecewaan didalamnya, pasti ada sesuatu hal yang berjalan tidak sesuai dengan rencanaNya"

Tidak ada komentar:

Posting Komentar