28 Februari 2013

PEMBELA KESETARAAN HAK

   Masa kecilnya disibukkan dengan merawat tanaman kapas dan memotong ilalang seluas 8,6 hektar milik orang tuanya. Mary McLeod Bethune adalah anak yang dilahirkan dari keluarga petani miskin kulit hitam di Amerika. Orang tuanya dahulu seorang budak, tapi dengan iman, mereka takut akan Tuhan. Mary sering mendapat ejekan dari teman-teman sebayanya yang mayoritas anak-anak kulit putih. Dianggap bodoh karena tidak bisa membaca adalah perlakuan yang biasa ia terima dari mereka. Setelah lelah bekerja di ladang, ia suka datang menjenguk neneknya dan memintanya untuk menceritakan cerita-cerita dalam Alkitab dan melantunkan pujian. Itu ia lakukan agar ia tahu apa yang telah diwariskan oleh Tuhan kepada keluarganya.
   Dalam kesedihannya, Mary yang selalu tegar sangat mendambakan kehidupan yang sama layaknya anak-anak kulit putih. Ia ingin bersekolah dan melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi. Ayahnya sempat tidak mengijinkan ia bersekolah karena pada waktu itu (Akhir tahun 1800-an) kesempatan tersebut sangat tipis bagi warga yang dianggap kelas dua seperti kulit hitam Amerika dalam mengenyam bangku pendidikan. Tapi dengan semangat dan kesetiaan doanya kepada Tuhan, lambat laun mimpinya itu menjadi kenyataan.
   Melalui kebaikan hati seseorang, Mary pun akhirnya bersekolah walau awalnya hanya pada kelas kulit hitam saja. Tapi berkat penyertaan dan kebaikan Tuhan, ia bisa melanjutkan ketingkat yang diharapkannya. Dalam perjalanan mengejar cita-citanya, Mary dan saudara-saudara kandungnya terpaksa pernah menjadi bagal pembajak lahan menggantikan bagal mereka yang mati. Hal itu dilakukan mereka demi mendapatkan biaya pendidikkan yang dibutuhkannya agar ia bisa melanjutkan sekolahnya untuk mencapai keberhasilan kelak. Seiring perjalanan waktu, Tuhan terus menjawab doa-doanya sampai akhirnya ia bisa menyelesaikan pendidikan, bahkan sanggup membiayai keluarga dan pendidikan adik-adiknya. Ia bersekolah di salah satu sekolah umum dan merupakan siswa pertama dan satu-satunya yang berkulit hitam. Tapi itu tidak membuatnya berkecil hati, ia terus mengejar mimpinya sampai ia sendiri mampu menolong warga kulit hitam lainnya untuk menikmati pendidikan yang sama.
   Mendirikan sekolah pun akhirnya menjadi kenyataan indah yang ia raih selama perjalanan hidupnya serta sekaligus menjadi penginjil yang mampu menginspirasi banyak orang bahwa perbedaan warna kulit tidak bisa menghalangi siapapun untuk menuntut ilmu dan menyembah Tuhan. Dengan talenta suaranya ia juga bernyanyi memuji Tuhan dan menjadi anggota Gospel Choir. Beberapa ladang misi sempat ia jalani demi terbukanya dunia pendidikan bagi kaum yang lemah terutama warga kulit hitam. Di puncak kariernya, Mary menjadi salah satu tokoh berpengaruh dalam perjuangan kesetaraan hak di Amerika serta menduduki beberapa posisi penting di pemerintahan. Bahkan ia sempat diangkat sebagai penasihat politik lima presiden AS untuk urusan pendidikan bagi kaum kulit hitam. Sebagai penghormatan dari pemerintah, pada tahun 1985 diterbitkannya seri perangko dirinya untuk mengenang jasa-jasanya dalam perjuangan kesetaraan hak bagi kaum minoritas di Amerika Serikat.


Cerita singkat dari :
Buku  : "Orang-orang biasa yang melakukan hal-hal luar biasa"
Karya : Thomas A. Shaw & Dwidht A. Clough

Tidak ada komentar:

Posting Komentar